Untuk seseorang yang sangat sabar menghadapi sosok yang kadang menjelma menjadi laki-laki menyebalkan,
Ibaratkan perjalanan KITA ini adalah sebuah cerita,dan cerita itu kita tuliskan dalam sebuah buku, yang nantinya KITA akan berjanji untuk mengisinya dengan tulisan-tulisan indah kita, dan hanya beberapa coretan-coretan kecil saja yang akan menghiasinya???
saat kita ingin mengisinya. Kita sudah siapkan pensil, penghapus, dan pulpen. Kamu membawanya dan aku pun juga membawanya. Padahal kita hanya perlu membawa SATU pulpen saja. Biar aku yang menuliskannya, dan kamu yang bercerita. Atau biar aku yang bercerita, dan kamu yang menuliskannya. Karna sebenarnya KITA hanya butuh SATU alat untuk menggambarkan hari-hari KITA
Kita tidak perlukan memakai pensil??? Tidak ingin kan, cerita-cerita kita hanya terlihat samar-samar saja.?? Tidak perlu juga kan penghapus??? Agar kesalahan kita tetap bisa terlihat dan kita hanya perlu mencoretnya saja. Karna pasti suatu saat nanti KITA perlu melihat dimana letak kesalahan kita.
Aku sibuk menghiasi buku kita, biar tetap terlihat cantik dan rapi di depan banyak orang meski kadang di dalam isinya kita sering mengisinya dengan coretan pertengkaran
Coretan tentang airmata dan coretan tentang luka, aku tidak ingin menghapusnya karna coretan ini merupakan bagian dari KITA, karna bagaimanapun juga coretan ini merupakan isi dari buku KITA.
Kamu menggambarkan POHON KITA di halaman paling depan, kamu menggantungkan beberapa tulisan tentang harapan-harapan yang KITA miliki. Kadang kita selalu kembali ke halaman itu untuk melihat banyaknya harapan yang tlah kita buat.
Dan nyaris saja waktu itu kita berhenti menuliskan hari-hari kita di buku itu, tak terbayang harus bagaimana dengan buku itu. Mungkin hanya dengan membakarnya saja agar semua kenangan kita ikut terbakar olehnya. Tapi sanggupkah kita kehilangan itu semua??? semua yang sudah tercatat rapi dalam buku itu, dan harapan tentang kita dapat menyelesaikan tulisannya bersama-sama, karna kita harus membuka buku yang baru lagi bukan karna kita berhenti menuliskannya. Nyaris, nyaris saja kita berhenti
Untungnya aku terus menuliskannya walaupun tanpa kamu, sampai akhirnya aku sadar, itu buku KITA yang harus diisi oleh KITA bukan aku atau pun kamu saja yang boleh mengisinya, buku itu milik KITA sampai kapanpun itu punya KITA, sayang KITA masih mau menuliskannya bersama-sama kan sampai kita mengganti buku baruu KITA itu dengan buku BARU yang sudah kita incar itu???? hihii
Yaitu buku PERNIKAHAN KITA NANTI....
“Prio SAYANG Dika”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar